Selasa, 26 Januari 2010

berhentilah menjadi gelas

mungkin anda sudah pernah atau mungkin barangkali hafal dengan cerita ini.tapi bagi saya cerita ini sangatlah membawa pencerahan, semoga begitu juga dengan anda.

Seorang guru sufi mendatangi seorang muridnya yang akhir-akhir ini selalu murung.

"kenapa kau selalu merenung, nak? bukankah banyak hal yang indah di dunia ini? kemana perginya wajah bersyukurmu?" sang sufi bertanya.
"guru, belakangan ini hidup saya penuh dengan masalah.sulit bagi saya untuk tersenyum. masalah datang seperti tak ada habis-habisnya," jawab sang murid.
sang guru tersenyum. "Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam. bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu."

Si murid pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan gurunya itu,lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana yang diminta.

"Coba ambil segenggam garam, dan masukan ke segelas air itu,"kata sang guru.
"setelah itu coba kau minum airnya sedikit."

Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini meringis karena meminum air asin.

"bagaimana rasanya?"tanya sang guru.
"asin, dan perutku jadi mual," jawab si murid.

sang guru terkekeh melihat wajah muridnya yang meringis keasinan.
"sekarang kau ikut aku," sang guru membawa muridnya ke danau di sekitar tempat mereka.
"ambil garam yag tersisa, dan tebarkan di danau," Si murid pun menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa bicara.
Lalu sang guru berkata "sekarang kau minum air itu."

si murid lalu menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, dan membawanya ke mulutnya lalu meminumnya. Ketika air danau yang dingin dan segar mengalir di tenggorokannya, sang guru bertanya,"bagaimana rasanya?"
"segar, segar sekali," kata si murid sambil tersenyum-senyum. tentu saja, danau ini berasal dari aliran simber air di atas sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah. Sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa asin yang tersisa di mulutnya.
"Terasakah rasa garam yang kau sebarkan tadi?"
"tidak sama sekali," kata si murid sambil asik meminumnya air danau itu lagi.

"nak,"kata sang guru setelah muridnya selesai minum. "segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih. Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah ditentukan oleh Allah, sesuai dengan untuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurang dan tidak pula bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun demikian. Tidak ada satu pun manusia walaupun dia seorang nabi, yang bebas dari penderitaan dan masalah."
Si murid terdiam, mendengarkan.
"tapi nak, rasa 'asin' dari penderitaan yang dialami itu sangat tergantung dari besarnya hati menampungnya. Jadi nak, Supaya tidak merasa menderita, berhentilah menjadi gelas. Jadikanlah qalbu dalam dadamu itu sebesar danau."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar