MANAJEMEN
PENGETAHUAN
Manajemen
Pengetahuan (Bahasa Inggris: Knowledge Management) adalah kumpulan perangkat,
teknik, dan strategi untuk mempertahankan, menganalisis, mengorganisasi,
meningkatkan, membagikan pengertian dan pengalaman. Pengertian dan pengalaman
semacam itu terbangun atas pengetahuan, baik yang terwujudkan dalam seorang
individu atau yang melekat di dalam proses dan aplikasi nyata suatu organisasi.
Fokus dari Manajemen Pengetahuan adalah untuk menemukan cara-cara baru untuk
menyalurkan data mentah ke bentuk informasi yang bermanfaat, hingga akhirnya
menjadi pengetahuan.
Cut
Zurnali (2008) mengemukakan istilah knowledge management pertama sekali
digunakan oleh Wiig pada tahun 1986, saat menulis buku pertamanya mengenai
topik Knowledge Management Foundations yang dipublikasikan pada tahun 1993.
Akhir-akhir ini, konsep knowledge management mendapat perhatian yang luas. Hal
ini menyatakan secara tidak langsung proses pentransformasian informasi dan intellectual assets ke dalam enduring value. Knowledge management
merupakan kekhususan organisasi (organization-specific), ketika perhatian
dasarnya adalah ekploitasi dan pengembangan organizational knowledge assets kepada tujuan-tujuan organisasi selanjutnya.
Knowledge management bukan merupakan sesuatu yang lebih baik (better things),
tapi untuk mengetahui bagaimana mengerjakan sesuatu dengan lebih baik (things
better).
Terdapat
beberapa definisi manajemen pengetahuan, yang dirangkum Singh dalam Cut Zurnali
(2008), yaitu:
- Menurut Dimttia dan Oder (2001),
manajemen pengetahuan adalah mengenai penggalian dan pengorganisasian
pengetahuan untuk mengembangkan organisasi yang menguntungkan dan lebih efisien.
Secara terperinci Dimttia dan Oder memaparkan bahwa manajemen pengetahuan
merupakan proses menangkap keahlian kolektif organisasional, di mana pun
pengetahuan tersebut berada, baik di dalam database, pada paper-paper, atau di
kepala orang, dan kemudian mendistribusikan pengetahuan tersebut ke mana pun
agar dapat menghasilkan pencapaian yang terbesar.
- Menurut Wiig (1999), manajemen
pengetahuan adalah bangunan sistematis, eksplisit dan disengaja, pembaharuan,
dan aplikasi pengetahuan untuk memaksimalkan efektivitas yang berkenaan dengan
pengetahuan organisasi dan pengembalian kembali aset pengetahuan organisasi.
- Menurut Townley (2001), manajemen
pengetahuan adalah seperangkat proses menciptakan dan berbagi pengetahuan ke
seluruh organisasi untuk mengoptimalkan pencapaian misi dan tujuan organisasi.
Jadi, manajemen pengetahuan adalah mengenai meningkatkan penggunaan pengetahuan
organisasional melalui praktik-praktik manajemen informasi dan pembelajaran
organisasi untuk mencapai keunggulan kompetetitif dalam pengambilan keputusan.
DIMENSI DAN INDIKATOR
Manajemen
Pengetahuan dilaksanakan dalam sistem pengelolaan pengetahuan, atau Knowledge
Management System (KMS). Sebagian besar organisasi yang menerapkan KMS,
menggunakan pendekatan tiga-cabang untuk mengelola pengetahuannya, yaitu –
Manusia (People), Proses (Process), dan Teknologi (Technology). Penekanan
terhadap tiap-tiap elemen bisa berbeda di setiap bagian organisasi. Berdasarkan
model pendekatan di atas maka batasan dari knowledge management sebagai berikut :
Dimensi
pertama terdiri dari aktifitas-aktifitas yang sangat penting bagi
proses penciptaan pengetahuan dan inovasi seperti :
- knowledge exchange,
- knowledge capture,
- knowledge reuse, dan
- knowledge internalization.
Secara
keseluruhan, proses ini menciptakan sebuah organisasi pembelajaran (learning
organization) yaitu sebuah organisasi yang memiliki keahlian dalam penciptaan,
perolehan, dan penyebaran pengetahuan serta mengadaptasikan aktifitasnya untuk
merefleksikan pemahaman dan inovasi baru yang didapat. Sedangkan dimensi kedua
(atas) terdiri dari elemen yang memungkinkan atau mempengaruhi aktifitas
penciptaan pengetahuan, yaitu:
- Strategy
: penyelarasan strategi organisasi
dengan strategi KMS.
- Measurement
: pengukuran yang diambil untuk menentukan apakah terjadi perbaikan KM atau ada
manfaat yang telah diambil.
- Policy
: aturan tertulis atau petunjuk-petunjuk yang telah dibuat oleh organisasi.
- Content
: bagian dari knowledge-base organisasi
yang ditangkap secara elektronik.
- Process
: proses-proses yang digunakan oleh knowledge worker organsisasi dalam rangka
mencapai misi dan tujuan organisasi.
- Technology
: teknologi informasi yang memfasilitasi proses identifikasi, penciptaan, dan
difusi pengetahuan diantara elemen-elemen organisasi di seluruh bagian
organisasi. Peran penting teknologi dalam KMS adalah memperluas jangkauan dan
meningkatkan kecepatan transfer pengetahuan. Peran ini sangat tergantung pada
dua aspek yang paling banyak mendukung, yaitu penyimpanan dan komunikasi.
- Culture
: lingkungan dan konteks yang di dalamnya proses-proses KM harus terjadi (sering
disebut dengan istilah nilai, norma, dan praktek).
Berdasarkan
pendapat-pendapat Denise (2007), Nonaka and Takeuchi (1995), Sarvary (1999),
Choo (1998), Davenport et al. (1998), dan Zarifian (1999), Cut Zurnali (2008)
mencoba mengungkap model konseptual sistem knowledge management. Model yang
dikemukakan memperhitungkan pengetahuan individual (individual knowledge)
sebagai starting point bagi penciptaan pengetahuan keorganisasian . Dan sejak
informasi telah menjadi bahan dasar (raw material) dari pegangan pengetahuan
individual, maka ia merupakan landasan dasar dari organisasi pengetahuan
(knowledge organization). Cut Zurnali (2008) menambahkan bahwa pengetahuan
individual yang muncul merupakan kombinasi dari informasi, interpretasi,
refleksi, dan pengalaman dalam sebuah konteks yang pasti (certain context).
Selanjutnya perlu dipertimbangkan juga pentingnya mengaitkan informasi baru
dengan pengetahuan yang ada.
Menurut
Cut Zurnali (2008), pengetahuan individual diciptakan ketika informasi berjalan
melalui proses internal yang mencakup interpretasi, refleksi dan menghubungkan
informasi baru dengan pengetahuan yang ada pada individu sehingga dapat
diaplikasikan ke dalam situasi atau konteks baru. Agar mendorong individu
memproses informasi untuk menciptakan pengetahuan, maka setiap proses
pembelajaran harus punya arti. Sebuah sudut pandang yang jelas dari pengetahuan
untuk dikembangkan merupakan sebuah keharusan untuk menstimulasi komitmen pada
penciptaan dan pengoperasian pengetahuan tersebut. Pandangan bersama bekerja
sebagai sebuah "mental map" yang menuntun para individu dalam tiga
area yang berkorelasi, yaitu:
- The world in which they live (dunia
tempat mereka hidup);
- The world in which they must live (dunia
tempat mereka harus hidup); dan
- Knowledge that needs to be developed in
order to follow the pathway between these two worlds (pengetahuan yang perlu
untuk dikembangkan agar untuk mengikuti lorong antara kedua dunia tempat mereka
hidup dan dunia tempat mereka harus hidup).
Oleh
karena itu menurut Cut Zurnali (2008) tujuan dari knowledge management adalah
untuk mengimplementasikan tindakan agar dapat memasok landasan pengetahuan
organisasional yang untuk selanjutnya dapat mempromosikan pencapaian dari
proses ketika landasan dari model konseptual knowledge management ditujukan.
Menurut Cut Zurnali (2008), Model konseptual knowledge management menyajikan
enam phase dari pelajaran pengetahuan yaitu:
- Penciptaan arti atau visi bersama dari
tujuan pengembangan pengetahuan
- Penyediaan informasi
- Penginduksian pemrosesan internal bagi
penciptaan pengetahuan individual
- Pengkonversian pengetahuan individual ke
dalam pembelajaran kelompok
- Penyebaran pengetahuan ke level
organisasional lainnya
- Pengaplikasian pengetahuan secara
praktis
Menurut
Cut Zurnali (2008), cakupan yang muncul dari knowledge management secara luas
memfokuskan pada tiga arus utama: Landasan pengetahuan (the nature of
knowledge), aspek-aspek manajerial dan organisasional dari implementasinya (the
organizational and managerial aspects of its implementation), dan cara dan
maksud penciptaan dan penggunaan sistem pengelolaan pengetahuan (the ways and
means of creating and utilizing knowledge management Systems).
REFERENSI
Davenport, T; De Long, D (1999). "Successful Knowledge Management
Projects". The Knowledge Management Yearbook 1999-2000.
Nonaka,
I. and Takeushi, H. (1995), The
Knowledge-Creating Company, New York: Oxford University Press.
books.google.com/
Manajemen Pengetahuan (Bahasa Inggris: Knowledge Management) adalah kumpulan perangkat, teknik, dan strategi untuk mempertahankan, menganalisis, mengorganisasi, meningkatkan, membagikan pengertian dan pengalaman. Pengertian dan pengalaman semacam itu terbangun atas pengetahuan, baik yang terwujudkan dalam seorang individu atau yang melekat di dalam proses dan aplikasi nyata suatu organisasi. Fokus dari Manajemen Pengetahuan adalah untuk menemukan cara-cara baru untuk menyalurkan data mentah ke bentuk informasi yang bermanfaat, hingga akhirnya menjadi pengetahuan.
- Menurut Dimttia dan Oder (2001), manajemen pengetahuan adalah mengenai penggalian dan pengorganisasian pengetahuan untuk mengembangkan organisasi yang menguntungkan dan lebih efisien. Secara terperinci Dimttia dan Oder memaparkan bahwa manajemen pengetahuan merupakan proses menangkap keahlian kolektif organisasional, di mana pun pengetahuan tersebut berada, baik di dalam database, pada paper-paper, atau di kepala orang, dan kemudian mendistribusikan pengetahuan tersebut ke mana pun agar dapat menghasilkan pencapaian yang terbesar.
- Menurut Wiig (1999), manajemen pengetahuan adalah bangunan sistematis, eksplisit dan disengaja, pembaharuan, dan aplikasi pengetahuan untuk memaksimalkan efektivitas yang berkenaan dengan pengetahuan organisasi dan pengembalian kembali aset pengetahuan organisasi.
- Menurut Townley (2001), manajemen pengetahuan adalah seperangkat proses menciptakan dan berbagi pengetahuan ke seluruh organisasi untuk mengoptimalkan pencapaian misi dan tujuan organisasi. Jadi, manajemen pengetahuan adalah mengenai meningkatkan penggunaan pengetahuan organisasional melalui praktik-praktik manajemen informasi dan pembelajaran organisasi untuk mencapai keunggulan kompetetitif dalam pengambilan keputusan.
- Strategy : penyelarasan strategi organisasi dengan strategi KMS.
- Measurement : pengukuran yang diambil untuk menentukan apakah terjadi perbaikan KM atau ada manfaat yang telah diambil.
- Policy : aturan tertulis atau petunjuk-petunjuk yang telah dibuat oleh organisasi.
- Content : bagian dari knowledge-base organisasi yang ditangkap secara elektronik.
- Process : proses-proses yang digunakan oleh knowledge worker organsisasi dalam rangka mencapai misi dan tujuan organisasi.
- Technology : teknologi informasi yang memfasilitasi proses identifikasi, penciptaan, dan difusi pengetahuan diantara elemen-elemen organisasi di seluruh bagian organisasi. Peran penting teknologi dalam KMS adalah memperluas jangkauan dan meningkatkan kecepatan transfer pengetahuan. Peran ini sangat tergantung pada dua aspek yang paling banyak mendukung, yaitu penyimpanan dan komunikasi.
- Culture : lingkungan dan konteks yang di dalamnya proses-proses KM harus terjadi (sering disebut dengan istilah nilai, norma, dan praktek).
Berdasarkan
pendapat-pendapat Denise (2007), Nonaka and Takeuchi (1995), Sarvary (1999),
Choo (1998), Davenport et al. (1998), dan Zarifian (1999), Cut Zurnali (2008)
mencoba mengungkap model konseptual sistem knowledge management. Model yang
dikemukakan memperhitungkan pengetahuan individual (individual knowledge)
sebagai starting point bagi penciptaan pengetahuan keorganisasian . Dan sejak
informasi telah menjadi bahan dasar (raw material) dari pegangan pengetahuan
individual, maka ia merupakan landasan dasar dari organisasi pengetahuan
(knowledge organization). Cut Zurnali (2008) menambahkan bahwa pengetahuan
individual yang muncul merupakan kombinasi dari informasi, interpretasi,
refleksi, dan pengalaman dalam sebuah konteks yang pasti (certain context).
Selanjutnya perlu dipertimbangkan juga pentingnya mengaitkan informasi baru
dengan pengetahuan yang ada.
- The world in which they live (dunia tempat mereka hidup);
- The world in which they must live (dunia tempat mereka harus hidup); dan
- Knowledge that needs to be developed in order to follow the pathway between these two worlds (pengetahuan yang perlu untuk dikembangkan agar untuk mengikuti lorong antara kedua dunia tempat mereka hidup dan dunia tempat mereka harus hidup).
Oleh
karena itu menurut Cut Zurnali (2008) tujuan dari knowledge management adalah
untuk mengimplementasikan tindakan agar dapat memasok landasan pengetahuan
organisasional yang untuk selanjutnya dapat mempromosikan pencapaian dari
proses ketika landasan dari model konseptual knowledge management ditujukan.
Menurut Cut Zurnali (2008), Model konseptual knowledge management menyajikan
enam phase dari pelajaran pengetahuan yaitu:
- Penciptaan arti atau visi bersama dari tujuan pengembangan pengetahuan
- Penyediaan informasi
- Penginduksian pemrosesan internal bagi penciptaan pengetahuan individual
- Pengkonversian pengetahuan individual ke dalam pembelajaran kelompok
- Penyebaran pengetahuan ke level organisasional lainnya
- Pengaplikasian pengetahuan secara praktis